Upacara Cembengan, Datangnya Musim Gula


Upacara Cembengan adalah upacara yang dilakukan oleh PG. Madukismo menjelang musim giling. Tradisi  tersebut sudah diadakan sejak puluhan tahun yang lalu, ttradisi tersebut sebenarnya merupakan adopsi dari tradisi Tionghoa Cing Bing. Dimana cing bing adalah acara ziarah ke makam leluhur sebelum melakukan karya yang besar. Awalnya tradisi ini hanya dilakukan oleh para pekerja tionghoa yang bekerja di PG. Madukismo namun kemudian masyarakat lokal pun ikut andil dalam melakukan tradisi tersebut.  Yang kemudian orang menyebut tradisi tersebut cing bing-an dn kemudian terucap cembengan.
Saat ini tradisi cembengan bukan hanya sekedar ritual upacara kirab manten tebu yakni kirab tebu laki laki dan tebu perempuan namun sudah menjadi pesta rakyat. Dan menjadikan event ini sebagai pagelaran kesenian dan pasar rakyat. Kesenian yang ditampilkan pun beraneka ragam baik kesenian tradisional maupun kesenian modern.
Upacara ini diawali dengan mengarak tebu laki laki dan tebu perempuan keliling komplek pabrik PG Madukismo. Sebagai lambang tebu laki laki biasanya diambil batang tebu yang berwarna hitam dan untuk yang jenis perempuan biasanya tebu dengan warna kuning. Sedangkan penamaan pengantin tebu tersebut berbeda beda tergantung hari dalam penanggalan jawa saat tebu tersebut dinikahkan. Makna dari pernikahan tebu tersebut menurut berbagai sumber bahawa pasangan tersebut akan membentuk keluarga yang damai dan sejahtera. cembenganSedangkan makna yang lebih jauh lagi adalah bentuk kerja sama yang lebih baik anara perusahaan dan para petani tebu.
Jumlah tebu yang diarak keliling pabrik berjumlah 9 batang dengan panjang masing masing 4 meter untuk setiap jenis kelamin yang masing masing diikat menurut jenisnya. Masing masing jenis kelamin tebu dan jenis tebu menurut tata upacara cembengan harus diambil dari wilayah perkebunan yang berbeda. Dengan menggunakan kereta yang ditarik dua ekor kuda pengantin tebu tersebut diarak yang didahului dengan beberapa atraksi kesenian mulai dari marching band , kelompok kesenian , prajurit Keraton Yogyakarta, empat sosok punokawan yakni semar, gareng, petruk dan bagong yang mengapit kereta kuda dikedua sisi. Pada bagian belakang merupakan para petani tebu dan beberapa karyawan PG. Madukismo.
Para petani selanjutnya akan menyerahkan secara simbolis pengantin tebu tadi kepada pihak pabrik, dan dilanjutkan dengan doa bersama untuk memohon keselamatan. Sepasang manten tebu tadi diletakkan mesin pengiling yang nantinya akan menjadi yang pertama kali menjalani proses pengilingan tebu. Berbagai sesaji di jajar dekat mesin pengilingan diantaranya dua kepala sapi yang dikubur dekat mesin pengiling serta tumpeng, ingkung dan buah buahan sebanyak 40 buah, hal ini melambangkan jumlah unit kerja yang ada di PG. Madukismo.

3 comments:

 

Twitter Updates

Our Travel Consultant

Untuk info Domestic, Ticketing dan Voucher Hotel. Silahkan chat Travel Consultant kami
Nurma.
Untuk info International. Silahkan chat Travel Consultant kami
Prisca.